Manis Berakhir Miris
Entah pertemuan yang keberapa kamu
masih tetap bertahan pada sifat bawel dan sengak kamu yang selalu kamu obralkan,
jujur aku tidak memperhatikanmu dengan antusias. Aku hanya heran dan aku rasa
itu bukan hanya aku tapi orang-orang disekitarmu juga merasakan hal yang sama;
kamu lak- laki aneh.
Dan lebih anehnya lagi, kamu tiba-tiba
mengundangku untuk masuk kedalam kontak jejaring social milikmu; BBM. Yang
terfikir saat itu olehku mungkin kamu menginvite hanya karna aku adalah bagian
dari sekolah yang telah menjadi sekolahmu juga saat ini.
Sejak saat itu, setiap pagi kamu
selalu menyapaku dengan lembut dan manis, dengan gombalan yang menjijikkan yang
sudah menjadi sarapan setiap hari. Aku tidak tau siapa kamu, kelas kamu dimana
apalagi hal yang lebih dari itu.
Perkenalan yang begitu singkat
membuatmu terlalu cepat mengambil
keputusan, sangat cepat. Dengan begitu mudah kamu menyatakan “cinta” kepadaku.
Begitu mudahnya kamu bilang sayang. Saat itu aku belum bisa memberi jawaban, karna
yang kutau tentang kamu itu hanya segelintir sikap manis yang sudah menutupi
sikap buruk, tingkah aneh dan hal bodoh lainnya.
Nyatakan-tolak-nyatakan-tolak-nyatakan-tolak,
mungkin difkiranmu tidak ada kata bosan yang beda tipislah dengan tidak tau
malu.
Kamu berusaha mencuri perhatianku
yang nyaris tercuri, kamu kembali mengungkapkan perasaaan, kamu kembali
mengatakan sayang, cinta, rela berkorban, menerima apa adanya dan semua kata-kata
norak sudah dilisankan. Ya aku menerima, lucukan? Just for fun sebenarnya. Tapi
seiring berjalannya waktu, berputarnya peradaban, dan bergantinya hujan dan
teduh; aku mulai mencintaimu.
Kita bertemu dalam sebuah janji
spesial, semua penuh dengan ocehanmu sepanjang malam. Kamu hebat loh; bisa
memikatku dengan ikatan yang begitu erat. Ya, kembali kukatakan; aku
menyayangimu. Banyak hal manis yang kita lakukan bersama malam itu, kau mengusap
kepalaku dengan begitu lembut menggenggam hangat jemariku, mencium tanganku
dengan penuh kasih; kamu romantis.
Tapi… Ketika semua harus berakhir
sesingkat ini lebih singkat dari yang kubayangkan, sakit! Kenapa harus pergi
ketika aku sedang cinta-cintanya? Kenapa pergi ketika aku masih butuh tanganmu
untuk berdiri? Kenapa harus pergi ketika
aku merasa kamulah kebahagianku? Kenapa harus kamu? Aku bodoh! Aku yang awalnnya sama sekali tidak
menyukaimu malah menjadi begitu sakit karena ditinggalkan. Tolong, dengarkan
isi hati ini “aku masih butuh kamu
disini, dihatiku”.
Dan kenapa harus orang terdekatku
yang menjadi tujuan sebenarnya? Kenapa harus dia? Jahat! Tidak punya perasaan!
Tidak punya hati! Mana bukti semua omonganmu sesaat sebelum kamu dan aku
menjadi kita? Mana? Dimana dia? Tolong jika memang ingin pergi, kembalikan
hatiku jangan buat aku tetap ingin bertahan bersamamu, jangan sembunyikan hatiku.
Tak pernah kusangka, kamu yang kucinta akan berubah menjadi sosok yang
tak ku kenal. Manusiakah kamu? Jangan sakiti hati ini lagi, masih banyak luka
yang meminta untuk diobati , tapi ternyata aku salah. Kamu
datang membawa luka baru, lebih parah. Awalnya memang manis, tapi berakhir
begitu miris membuat aku merasa berada didalam fatamorgana yang
menyakitkan. Terimakasih untuk kehadiran
sesaatmu, terimakasih untuk cinta singkatmu, terimakasih untuk cerita singkat
kita, terimakasih untuk kasih dan perhatianmu. Terima kasih…
Selamat tinggal dan semoga bahagia… bersama nya.
Aku masih berharap akan ada kesempatan dimana kita bisa merajut kisah kembali;
seperti yang kamu katakana saat meningalkanku tanpa alasan yang jelas.
Tak bisa kupungkiri bahwa sampai kata-kata terakhir ini ditulis dan
dibaca beratus-ratus kalipun, rasa ini masih ada; untukmu.
Segera kembali jika kau tak temukan yang lebih baik; dari ku…
Komentar
Posting Komentar