MODEL PEMBELAJARAN PEMROSESAN INFORMASI
A. Model
Memproses Informasi
Menurut Oemar Hamalik (2011:128)
pemrosesan informasi tersebut merujuk bagaimana cara-cara atau menerima
informasi stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah,
menemukan konsep-konsep, serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non verbal.
Kemudian menurut Syaiful Sagala (2012:74) informasi yang diberikan dalam bentuk
energi fisik tertentu (sinar untuk bahan tertulis, bunyi untuk bahan ucapan,
tekanan untuk sentuhan, dan lain-lain) diterima oleh reseptor yang peka
terhadap tanda dalam bentuk-bentuk tertentu. Pada model ini, mengutamakan
bagaimana membantu siswa agar mampu berpikir produktif, memecahkan masalah
dengan kemampuan intelektual yang telah dimiliki oleh peserta didik.
Model pemrosesan informasi pada
dasarnya menitikberatkan pada cara-cara memperkuat dorongan-dorongan internal
(datang dari dalam diri) untuk memahami dunia dengan cara menggali dan
mengordinasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan
pemecahannya. Menurut Robert M. Gagne dalam Rusman (2014: 139) dalam proses
pembelajaran model pemrosesan informasi terdiri dari delapan fase, yakni
sebagai berikut:
1. Motivasi,
fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan untuk melakukan suatu
tindakan dalam mencapai tujuan tertentu (motivasi instrinsik dan ekstrinsik);
2. Pemahaman,
fase individu menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari pembelajaran.
Pemahaman didapat melalui perhatian;
3. Pemerolehan,
individu memberikan makna/mempersepsikan segala informasi yang ada pada dirinya
sehingga terjadi proses penyimpanan dalam memori peserta didik;
4. Penahanan,
menahan informasi yang sampai pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan
dalam memori siswa;
5. Ingatan
kembali, mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan, bila ada
rangsangan;
6. Generalisasi,
menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu;
7. Perlakuan,
perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil pembelajaran;
8. Umpan balik,
individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah
dilakukannya.
Menurut Rusman (2014:140) pembelajaran pemrosesan informasi ada sembilan
langkah yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik, yakni sebagai berikut:
1. Melakukan
tindakan untuk menarik perhatian siswa;
2. Memberikan
informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas;
3. Merangsang
siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran;
4. Menyampaikan
isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah direncanakan;
5. Memberikan
bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran;
6. Memberikan
penguatan pada perilaku pembelajaran;
7. Memberikan feedback terhadap
perilaku yang ditunjukkan siswa;
8. Melaksanakan
penilaian proses dan hasil;
9. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya.
B. Jenis-jenis
Model Pemrosesan Informasi
1. Model
Berpikir Induktif
Teoretiukus
utama: Hilda Taba (1971). Model berpikir induktif (inductive thinking
model) didasarkan pada asumsi awal bahwa setiap manusia, termasuk siswa,
merupakan konseptor alamiah. Mereka selalu berusaha melakukan konseptualisasi
setiap saat, membandingkan dan membedakan objek, kejadian, dan emosi. Untuk
memanfaatkan kecenderungan ini, kita harus berusaha mendesain lingkungan
pembelajaran efektif dan menugaskan siswa untuk meningkatkan efektivitas mereka
dalam membentuk dan menggunakan konsep, sekaligus membantu mereka dalam
mengembangkan keterampilan konseptual untuk menyelesaikan semua tugas ini.
a.
Sintak
Tahap 1 : Pembentukan konsep
1)
Guru mengkalkulasi dan membuat daftar
2)
Siswa mengelompokkan daftar
3)
Siswa membuat label dan kategori
Tahap 2 : Interprestasi data
1)
Siswa mengidentifikasi relasi-relasi penting antar
kategori
2)
Siswa mengeksplorasi relasi-relasi kategorial
3)
Siswa membuat kesimpulan
Tahap 3 : Penerapan prinsip
1)
Siswa memprediksi konsekuensi, menjelaskan fenomena
luar, menyusun hipotesis
2)
Siswa menjelaskan prediksi atau hipotesis
3)
Siswa menguji kebenaran (verifikasi) prediksi
b.
Sistem Sosial
Dalam model ini, atmosfer kelas
bersifat kooperatif. Saat guru diposisikan sebagai inisiator pengajar dan
penentuan rangkaian aktivitas pembelajaran, maka ia harus bertanggung jawab
melakukan kontrol pada siswa secara kooperatif. Akan tetapi, karena siswa yang
pada hakikatnya mempelajari strategi tersebut, mereka tentu akan berasumsi
bahwa dirinyalah pengontrol yang sebenarnya.
c.
Tugas/Peran Guru
Tugas utama guru adalah memonitor
bagaimana siswa memproses informasi dan kemudian mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang relevan. Guru juga harus merasakan kesiapan siswa
untuk menjalani pengalaman-pengalaman dan aktivitas-aktivitas kognitif yang
baru dengan cara mengasimilasikan dan menggunakan pengalaman-pengalaman ini.
d.
Sistem Dukungan
Model ini dapat diterapkan dalam
berbagai bidang kurikulum yang di dalamnya ada banyak data mentah yang perlu
diolah. Contoh, dalam mengkaji aspek-aspek ekonomi berbagai negara, siswa
memerlukan jumlah data ekonomi yang memadai tentang negara-negara tersebut dan
statistik-statistik tentang peristiwa-peristiwa dunia. Kemudian tugas guru
adalah membantu mereka memproses data tersebut dengan cara yang lebih kompleks,
dan pada saat yang bersamaan membantu mereka meningkatkan kapasitas sistem
dukungan itu saat memproses data.
e.
Pengaruh
Model ini terkadang dianggap hanya
cocok untuk orang dewasa, padahal sebenarnya tidak. Siswa disemua tingkatan
umur bisa memproses informasi dengan leluasa. Pola pikir yang baik selalu
mengkombinasikan dua hal, yaitu disiplin dan fleksibilitas. Jika kita membantu
siswa menjadi pemikir yang hebat dan fleksibel, kita harus menguasai
paradox-paradox dan membuat lingkungan-lingkungan yang menawarkan tantangan dan
dukungan yang kuat tanpa perlu memaksakan kemampuan siswa.
2. Model
Pencapaian Konsep
Teoretiukus
utama: Jerome Brunner (1967). Pencapaian konsep (concept attainment) merupakan
“proses mencari dan mendaftar sifat-sifat yang dapat digunakan untuk membedakan
contoh-contoh yang tepat dengan contoh-contoh yang tidak tepat dari berbagai
kategori (Brunner, Goodnow, dan Austin, 1967)”.
a.
Sintak
Tahap 1 : Penyajian data dan penyajian konsep
1)
Guru menyajikan contoh-contoh yang telah dilabeli
2)
Siswa membandingkan sifat-sifat/ciri-ciri pada contoh
positif dan negatif
3)
Siswa menjelaskan definisi tertentu berdasarkan
sifat-sifat/ciri-ciri yang paling penting
Tahap 2 : Ujian pencapaian konsep
1)
Siswa mengidentifikasi contoh-contoh tambahan yang
tidak dilabeli dengan tanda “Ya” dan “Tidak”
2)
Guru menguji hipotesis, menamai konsep, dan menyatakan
kembali definisi berdasarkan sifat-sifat/ciri-ciri yang paling esensial
3)
Siswa membuat contoh-contoh
Tahap 3 : Analisis strategi berpikir
1)
Siswa mendeskripsikan pemikiran
2)
Siswa mendiskusikan peran sifat-sifat dan hipotesis-hipotesis
3)
Siswa mendiskusikan jenis-jenis dan ragam hipotesis
b.
Sistem Sosial
Sebelum mengajar dengan model
pencapaian konsep, guru memilih konsep, menyeleksi dan mengolah bahan menjadi
contoh-contoh yang positif dan yang negatif dan mengurutkan/merangkai
contoh-contoh tersebut. Dalam banyak kasus, guru harus mempersiapkan contoh-contoh,
menggali ide-ide dan bahan-bahan dari buku dan sumber-sumber lain, dan
merancangnya sedemikian rupa sehingga ciri-ciri menjadi jelas dan tentu saja,
ada contoh-contoh negatif dan positif yang dibuat dari konsep tersebut.
c.
Tugas/Peran Guru
Selama proses pelajaran, guru harus
bersikap simpatik pada hipotesis yang dibuat oleh siswa, menekankan bahwa
hipotesis itu merupakan hipotesis alamiah dan membangun dialog yang didalamnya
siswa dapat menguji hipotesis mereka dengan hipotesis teman-teman yang lain.
d.
Sistem Dukungan
Materi-materi yang berbasis
pencapaian konsep mensyaratkan adanya sajian contoh-contoh negatif dan
contoh-contoh positif pada siswa. Yang harus ditekankan adalah bahwa tugas
siswa dalam pencapaian konsep bukanlah menemukan atau membuat konsep-konsep
baru, melainkan mencapai atau mendapatkan konsep-konsep yang sebelumnya telah
dipilih oleh guru. Untuk itulah, sumber data dari konsep-konsep tersebut perlu
diketahui sebelumnya dan sifat-sifatnya juga harus terlihat dengan jelas.
e.
Pengaruh
Strategi-strategi pencapaian konsep
dapat menyempurnakan tujuan-tujuan instruksional, bergantung pada tekanan
pelajaran tertentu. Strategi-strategi ini dirancang untuk mengajarkan
konsep-konsep yang spesifik dan sifat-sifat dari konsep-konsep itu. Strategi
ini juga memungkinkan siswa untuk mempraktikkan logika induktif dan memberi
mereka kesempatan untuk mengubah dan mengembangkan strategi-strategi membangun
konsep yang telah dimiliki sebelumnya. Pada akhirnya, khusus pada konsep-konsep
abstrak, strategi-strategi ini berusaha mendidik kesadaran siswa terhadap
perspektif-perspektif alternatif, kepekaan siswa pada nalar logis dalam
berkomunikasi, dan toleransi pada ambihuitas.
3. Model
Induktif Kata Bergambar\
Teoretiukus
utama: Emily Calhoun (1999). Untuk menjadi pembaca ahli, siswa perlu didorong
untuk banyak membaca, mengembangkan kosakata, mengembangkan keterampilan dalam
analisis fonetik dan struktural, dan belajar memahami dan memanfaatkan teks-teks
yang terhampar luas. Semua ini harus dilakukan oleh siswa saat mereka ingin
belajar memahami bacaan lintas kurikulum, yang didalamnya penghimpunan,
konseptualisasi, dan penerapan informasi merupakan inti pencapaian yang harus
diperoleh siswa. Model induktif kata bergambar (picture-word inductive
model) dirancang untuk menghadapi tantangan itu, utamanya untuk para
pembaca pemula ditingkatan dasar dan tingkatan yang lebih tinggi.
a.
Sintak
Tahap 1 : Pengenalan kata bergambar
1)
Guru memilih sebuah gambar
2)
Siswa mengidentifikasi apa yang mereka lihat dalam
gambar tersebut
3)
Siswa menandai bagian-bagian gambar yang telah
diidentifikasi tadi
Tahap 2 : Identifikasi kata bergambar
1)
Guru membaca/mereview bagian kata bergambar
2)
Siswa mengklasifikasi kata-kata ke dalam berbagai
jenis kelompok
3)
Siswa mengidentifikasi konsep-konsep umum dalam
kata-kata tersebut ke dalam kelas/golongan kata tertentu
4)
Siswa membaca kata-kata itu dengan merujuk pada bagian
jika kata tersebut tidak mereka kenali
Tahap 3 :
Review kata bergambar
1)
Guru membaca atau mereview bagian kata bergambar
(mengucapkan, mengeja, dan mengucapkan)
2)
Guru menambah kata-kata jika diinginkan, pada bagian
kata bergambar atau yang sering dikenal dengan “bank kata”
3)
Siswa memikirkan judul yang tepat untuk bagian kata
bergambar tadi
Tahap 4 : Menyusun kata dan kalimat
1)
Siswa menyusun sebuah kalimat, atau suatu paragraf secara
langsung yang berhubungan dengan bagian kata bergambar tadi
2)
Siswa mengklasifikasikan seperangkat kalimat yang
dapat menghasilkan satu kategori kelompok tertentu
3)
Guru meragakan membuat kalimat-kalimat tersebut secara
bersamaan menjadi suatu paragraf yang baik
4)
Guru dan siswa membaca/mereview kalimat-kalimat atau
paragraf-paragraf
b.
Sistem Sosial
Model pengajaran ini dilakukan
secara kooperatif. Guru bisa membentuk kelompok-kelompok kecil siswa untuk
saling berbagi gagasan mengenai gambar-gambar yang disajikan. Ini juga bisa
menjadi tugas yang mengasyikkan bagi siswa jika mereka berhasil
mengidentifikasi, mengenali dan membuat kalimat berdasarkan kalimat itu.
c.
Tugas/Peran Guru
Guru memegang kunci dalam
meningkatkan keterampilan baca tulis siswa. Semakin banyak kosakata yang
diketahui siswa melalui pendengaran dan percakapan mereka, semakin banyak
pemahaman yang mereka miliki tentang dunia disekitar mereka. Semakin banyak
kata yang mereka pahami melalui pembacaan dan penulisan kosakata mereka,
semakin banyak kontrol dan pilihan yang mereka miliki dalam hidup, baik di
dalam maupun di luar sekolah, dengan akses yang luas pada pengetahuan dan
pengalaman, serta dengan potensi yang besar dalam mengajari diri mereka
sendiri. Semakin banyak pemahaman yang mereka miliki tentang bagaimana bahasa
itu bekerja, semakin kuat mereka menjadi seorang komunikator dan warga negara
yang baik.
d.
Sistem Dukungan
Setiap sesi putaran model induktif
kata bergambar selalu menggunakan foto yang besar sebagai stimulus umum untuk
penulisan kata dan kalimat.
e.
Pengaruh
Model induktif kata bergambar
memiliki pengaruh penting dalam membentuk kemampuan baca tulis siswa.
Pengaruh-pengaruh itu bisa dilihat dari kemampuan siswa untuk:
1)
Belajar bagaimana membuat kosakata mereka;
2)
Belajar bagaimana meneliti struktur kata dan kalimat;
3)
Menghasilkan tulisan (judul, kalimat, dan paragraf);
4)
Menghasilkan pemahaman tentang hubungan
membaca/menulis;
5)
Mengembangkan keterampilan dan analisis fonetik dan
struktural;
6)
Mengembangkan minat dan kemampuan untuk berekspresi
dengan cara menulis;
7)
Meningkatkan gairah membaca teks-teks nonfiksi;
8)
Mengembangkan keterampilan bekerja sama dalam belajar
bersama orang lain dalam ranah membaca/menulis.
Sumber:
Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Komentar
Posting Komentar